Sabtu, 26 Maret 2016

Indonesia Tak Akan Bisa Lebih Baik

Salam semua!

Jangan termakan judul ya, karena saya sengaja menulis judul seperti itu sama seperti Media: Supaya laku dishare paling tidak, syukur-syukur dibaca.
Entah ada angin apa, saya ingin mengeluarkan uneg-uneg saya, dengan beberapa kejadian yang miris melanda Indonesia ini. Mulai dari kasus yang gak penting: berita tentang sianida berhari-hari sampai tawuran antara Go-Cek melawan BluBert.

image courtesy of: nirbi.co.vu


Saya merasa prihatin dengan beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia, negara tercinta ini. Negara yang anak mudanya penuh dengan potensial, tapi memilih menghabiskan waktunya lebih banyak di-Path, Twitter, Instagram-- yang kebanyakan isinya tentang dunia anak muda. Tanpa disadari, kita terdidik untuk menjadi "apa kata orang" biar keliatan "kekinian" atau "emang bingung mau berbuat apa".

Concern pertama saya adalah pemuda. Yak. Itu juga untuk saya pribadi, yang masih berstatus pemuda. Negara yang maju, karena pemudanya berfikiran maju. Kata siapa? Bukan kata siapa siapa! Dulu kita pernah dijajah, dan yang berhasil memerdekakan negara ini adalah berkat perjuangan pemuda saat itu. Ini fakta, bukan kata siapa-siapa.
 
Setelah saya merasakan yang namanya lulus sekolah, sudut pandang saya terbuka. Banyak pemuda pemudi kita yang kehilangan tujuan. Yang terbesit dalam hati, "lalu apa hasil kita belajar selama ini?"
"Seperti inikah?"

Kemana ilmu yang kalian dapat? Sains? Teknik? Sosial? Kesehatan? Agro? Semudah itukah menyerah? Pusing? Semua juga pusing. Yang membedakan adalah: Mau dilihat orang untuk jadi diri sendiri, atau menjadi apa kata orang? Taruh smartphone. Cari hobi yang menyenangkan- syukur syukur yang juga bisa jadi uang. Keluar rumah, jangan cuma untuk naik gunung untuk dilihat orang. Jadilah diri sendiri. Follow yourself, do not follow who 'asks u to follow' :))

Para pemuda pemudinya banyak yang memilih menjalin kasih selama menempuh pendidikan, ketimbang berkarya. Inilah salah satu kelemahan kita: Baper. "Biar semangat", katanya.
Jaman Ayah Ibu kita, itu semangat semangat aja coy, sendiri. Ini karena pemudanya kebanyakan ngikutin temen, jadi begini. Ikutin langkahmu, ikutin orang tuamu. Pahit? Ga enak?
Emang ga ada yang enak. Jalanin aja, yang tulus.

 Concern kedua saya: Orang Tua

Well, peran orang tua di sini sangat penting. Saya sangat sedih melihat adik-adik saya yang berusia belia sudah melakukan hal-hal 'enak'. Ini karena peran orang tua tidak berjalan baik. Okelah, para orang tua alasan bekerja mencari nafkah, bla bla... Tapi ingat.. Harta berharga anda adalah ANAK ANDA SENDIRI.

Ada beberapa teman saya juga yang cita-citanya tersangkut orang tua. Misal orang tua berkehendak anaknya jadi ini, itu, bekerja di sini, situ. Tidak perlu khawatir, rejeki sudah diatur Tuhan. Tidak usah dengarkan orang lain. Biarkan anak anda berkarya sendiri, tugas orang tua adalah MENDOAKAN, MERIDHOI setiap langkah anaknya (selama itu baik).

 Conceren ketiga saya: Untuk siapapun, usia berapapun

Berhentilah membuat berita berita yang tidak bertanggung jawab, dengan tagline yang mengundang selera untuk emosi.
Berhenti share berita berita kacangan, kalian hanya menambah uang di account Ad Sense si pembuat berita. INGAT! Setiap perbuatan dimintai pertanggung jawaban. Oh, iya. Karena merasa tidak bertanggung jawab ya, makanya main share aja deh.

Kembali kepada Buku agama kalian
Islam bacalah Qur'an, hayati.
Nasrani baca Injilnya yang lengkap, jangan ikutin kata orang. Ikuti Kitab.
Hindu, Buddha baca kembali kitabnya. Semua, semua agama.
Untuk anda yang Atheis, atau Agnostik, keluarlah, jangan di kamar saja. Berteman dengan teman-teman yang baik. Anda akan terbawa perlahan-lahan.


Parameter baik dan buruk itu sudah terukur sangat jelas. INDONESIA TAK AKAN BISA LEBIH BAIK, KECUALI KITA BERUBAH.
Sekian dari saya, silahkan berkomentar yang sopan dan santun. Kesantunan anda, akan sangat saya segani.

Yogyakarta, 26 Maret 2016.
-Asharudin Achzab-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar